
Mengapa kita butuh Sains?
Islam maju karena menguasai sains dan teknologi. Islam pada abad ke 8 sampai 15 terjadi penerjemahan karya-karya filsafat Yunani, kedokteran China, Matematika dari India, karya sastra dan lain-lain kedalam bahasa Arab.
Orang Islam sangat open minded dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan budaya luar. Sikap cinta ilmu dan hikmah ini merupakan rahasia umat Islam dalam mengembangkan sains dan memegang kunci-kunci peradaban. Hampir semua ilmu pengetahuan berkembang kala itu. Para ulama melakukan perjalanan panjang ke kota-kota metropolis untuk menuntut ilmu. Dikenallah bab al-rihlah fi thalab al hadith (al-‘ilm).
Ibnu Bathuthah melancong selama 27 tahun meninggalkan Maroko tanah kelahirannya menuju Mesir, Mekkah, Damaskus dan bahkan sampai ke Asia dan nusantara. Ibnu Bathuthah bersahabat dengan raja Aceh, Malik al-Dhahir. Dan dalam kitab al-Rihlahnya, Ibnu Bathuthah menulis bahwa raja Aceh dikenal dermawan, sangat menghormati ulama, berjalan kaki dari istananya untuk shalat jum’at. Ia bermazhab Syafi’iyah.
Terkait pentingnya kurikulum sains, Nidhal Guessoum dalam buku teranyarnya The Young Muslim’s Guide to Modern Science, (2019) menyebutkan tiga argumen kebutuhan umat akan sains, yakni:
- Mengenal Tuhan melalui ciptaan-Nya.
- Mengangkat martabat manusia lewat pengetahuan dan pemikiran sistematis.
Untuk mempermudah kehidupan manusia. Dalam konteks Islam, sains dapat mempermudah melaksanakan ibadah. Al-Khawarizmi menyajikan matematika aljabar dalam kehidupan sehari-hari, mulai perdagangan, pewarisan, sampai perhitungan zakat. Pengetahuan astronomi dapat membantu penentuan waktu shalat, arah kiblat, dan seterusnya.
Oleh karenanya ke depan, kita harus memastikan bahwa Knowledge Based Society (masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan) sudah mulai mengakar di lembaga pendidikan kita terutama di madrasah. Siswa-siswi kita adalah orang-orang terdidik dan terpelajar. Sebagai insan terpelajar mereka selalu menyandarkan mindset dan pikirannya pada Critical Thinking. Mereka sejatinya memakai nalarnya. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang berseliweran, yang tidak bertanggungjawab apalagi hoaks. Dalam bahasa santri, lmu mantiqnya tetap jalan.
Dalam konteks ini menarik untuk menelaah buku Prof. Salim T. S. al-Hassani yang berjudul: 1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization, 2012. Buku ini memuat temuan khazanah intelektual muslim selama 1.000 tahun dari abad ke 7 M sampai abad ke 18 M. Penulisnya menggambarkan kontribusi sarjana muslim terhadap pengembangan sains dan teknologi dunia Islam, yang selanjutnya berkembang sangat pesat di Barat. Pembangunan menara, toilet, karpet, kompas, universitas, rumah sakit, industri kertas, kedokteran, apotek, optik, pengembangan obat herbal, farmasi, pengembangan pasar (market), kincir angin, kincir air, jam, kamera, perpustakaan, irigasi (water supplay), penerjemahan buku-buku sains, revolusi agricultural, pembangunan bendungan, industri gelas, planologi ( penataan kota), permandian umum, arsitektur, astronomi, dan lain-lain, semua dikupas dalam buku ini. Kamar mandi umpamanya juga tak luput dari bahasannya. Kamar mandi yang dalam bahasa Arab disebut al-hammam, sebermula dari budaya Romawi dan Bizantium. Setelah itu dikembangkan oleh umat islam di Baghdad. Lalu, dikembangkan lagi oleh bangsa Turki pada masa kejayaan Ottoman Empire. Kamar mandi bukan temuan Thomas Crapper. Justeru ditulis pertama kalinya oleh Muhammad al-Aufy. Bahkan dalam hadis ditemukan sabda Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama yang menganjurkan bahwa rumah ideal adalah yang memiliki kamar mandi. Ni’mat al-bait lahu al-hammam. Sebaik-baik rumah adalah yang memiliki kamar mandi.
Dalam kitab Bulugh al-Maram karya Ibn Hajar al-‘Asqalany ada hadis yang mewartakan bahwa Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama biasa mandi satu bak mandi dengan Siti A’isyah radhiya Allah ‘anha. Kamar mandi memang sangat berkaitan dengan kebersihan diri.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt: Inna Allah yuhibbu al-tawwabin wa yuhibbu al-mutathahhirin. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertaubat dan mereka yang selalu menjaga kesucian dan kebersihan diri.
Dalam hadis disebutkan: al-thuhur shathr al-Iman. Kebersihan itu separoh dari iman.
Demikian selanjutnya. Tentang jam dan kompas. Sebermula, jam sangat penting untuk menentukan waktu-waktu shalat. Demikian juga dengan Kompas untuk mengetahui arah kiblat. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya jam bukan hanya untuk menentukan jadwal shalat. Tetapi jam sudah sangat penting untuk menentukan jam kerja dan perjanjian bisnis. Atau apa saja yang terkait dengan penentuan waktu dalam kehidupan yang lebih luas. Kompas juga demikian. Kompas sangat berguna untuk menentukan arah pelayaran untuk menemukan wilayah dan ekspansi baru. Dulu, siapa yang memiliki dan menguasai Peta, maka dia dapat “menggenggam” dunia. Demikian seterusnya.